ARTIKEL SOSIOLOGI
Perkembangan Moral untuk
mengatasi Perilaku Menyimpang
Nama : Nia Widyastuti
Kelas : XE
No.
Abs : 19
SMA 1 WONOSARI
Tahun Ajaran 2011/2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karuniaNya khususnya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan tugas sekolah
pembuatanartikel sosiologi mengenai “Perkembangan Moral untuk mengatasi
Perilaku Menyimpang”.
Artikel ini disusun sebagai pemenuhan tugas sekolah dan
salah satu penunjang siswa mengembangkan kemampuan belajar khususnya sosiologi.
Artikel ini disajikan sebaik mungkin, menggunakan bahasa yang mudah dipahami
agar pembaca dapat memahami dengan baik apa isi artikel tersebut.
Saya
berharap semoga artikel ini sesuai dengan apa yang diharapkan, dan bermanfaat
bagi banyak orang. Tak ada gading yang tak retak. Tak ada sesuatupun di dunia
ini yang sempurna. Demikian pula dengan artikel yang saya buat ini. Dengan
segala keterbatasan yang ada semoga buku ini dapat bermanfaat. Dan dengan
keterbatasan itu, kami selalu mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Salam
Penulis
Perkembangan Moral untuk mengatasi Perilaku Menyimpang
Perilaku
menyimpang merupakan suatu perilaku yang diekspresikan oleh seseorang atau
beberapa orang anggota masyarakat yang disadari atau tidak telah menyimpang
dari norma-norma yang berlaku yang telah diterima oleh sebagian besar anggota
masyarakat.
Dalam
sosiologi segala tindakan yang melanggar norma atau nilai dalam masyarakat
sebagi perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang timbul dari sosialisasi yang
tidak sempurna. Perilaku tersebut sangat merugikan dan menggangu keteraturan
sosial yang ada dalam masyarakat.
Perilaku
menyimpang banyak dialami oleh remaja. Karena disitulah sesesorang akan
mengalami masa pencarian jati dirinya. Banyak remaja yang menganut sistem
coba-coba, dan ketika ia belum mengetahui apa yang sebenarnya ia lakukan,
terkadang walaupun dia tidak menyadarinya ia telah melakukan perilaku yang
menyimpang.
Hal
yang sangat aneh. Pola hidup masyarakat begitu pesat berkembang. Tetapi disisi
lain banyak juga di beberapa daerah yang memiliki remaja tanpa memiliki ilmu
pengetahuan cenderung mayoritas beramoral. Sedangkan masyarakat yang
mengacuhkan betapa bahayanya perilaku yang menyimpang juga kurang tegas
menyikapi remaja-remaja yang menyimpang di daerahya.
Beberapa
ahli psikologi berpendapat bahwa perilaku anak muncul dari bagaimana pola atau
cara orang tua mendidik anaknya sejak dini. Semua anak terlahir dalam tingkah
laku yang sama. Ketika orang tua mendidik anaknya seperti dengan melakukan
kekerasan, bicara dengan nada membentak, maka si anak menirukan hal yang
demikian hingga seperti apa yang anak dapatkan dari orang tua.
Contoh
lain. Orang tua memberikan fasilitas kepada anak seperti HP. HP sangat
berpengaruh terhadap pola pikir anak. HP diberikan guna untuk memenuhi
kebutuhan si anak untuk berkomunikasi dengan orang tuanya. Dengan apa yang
telah di ajarkan dulu, si anak akan meminta fasilitas yang semewah-mewahnya
kepada orang tua. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, si anak akan mengamuk,
marah dan sebagainya. Dalam situasi ini, orang tua akan berpikir apakah ini
dampak pola asuhnya dulu mulai si anak baru lahir. Hal itu tidak dapat
disalahkan karena ada benarnya. Apabila si anak diajarkan bagaimana berbicara,
bagaimana ia menghormati orang tuanya, tidak mungkin ia akan berani menentang
kedua orang tuanya.
Anak
sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Hp dengan fasilitas yang cukup lengkap.
Kembali bagaimana pola pikir si anak. Apakah ia bisa dan mampu memanfaatkan
fasilitas orang tua yang diberikan kepadanya, ataukah HP yang ia miliki hanya
digunakan sebagai sebuah barang penting untuk berhura-hura. Anak yang belum dapat
memilah mana perilaku menyimpang dan bukan akan mudah terjerumus terhadap
perilaku yang menyimpang. Dalam sebuah handphone yang mempunyai fasilitas cukup
lengkap dapat dengan mudah mengakses internet. Orang tua yang kurang tanggap
dengan perkembangan anaknya tidak akan mengetahui apa yang anak lakukan dengan
handphonenya. Yang orang tua tau si anak menggunakannya untuk berkomunikasi.
Sudah
disinggung di awal tadi bahwa handphone yang digunakan oleh seseorang akan
berpengaruh terhadap pola pikirnya. Beberapa anak akan mengakses internet yang
menyediakan informasi tanpa batas. Tanpa batas berarti si anak akan melihat dan
membuka beberapa hal yang sebenarnya belum boleh diketahui oleh anak-anak. Dari
situlah mulai tumbuhnya perilaku yang menyimpang.
Anak-anak
mulai mengetahui beberapa hal yang belum sewajarnya ia ketahui. Masalah
kenakalan anak sering menimbulkan kecemasan sosial karena dapat menimbulkan
kemungkinan kerenggangan generasi sebab anak yang diharapkan sebagai kader
penerus bangsa tergelincir ke arah perilaku yang negatif.
Perbuatan-perbuatan
kenakalan anak itu dapat berupa pengrusakan tempat atau pengrusakan fasilitas
umum, penggunaan obat-obat terlarang, pencurian, perkelahian atau tawuran dan
sebagainya.
Penyimpangan
seksual merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang dan melanggar norma-norma
yang menjadi panutan dalam kehidupan masyarakat. Penyimpangan seksual meliputi homoseksual,
lesbianisme, dan transeksual.
Perilaku
menyimpang yang lainnya yaitu penyalah gunaan narkotika. Penyalah gunaan
narkotika dapat disebut perilaku menyimpang karena melanggar norma hukum yang
berlaku di masyarakat. Penggunaan obat-obatan jenis narkotik telah diatur dalam
seperangkat peraturan yang bersifat formal. Oleh sebab itu, penggunaan narkotik
hanya dianggap sah apabila digunakan untuk kepentingan medis (pengobatan) di
bawah pengawasan ketat pihak berwenang seperti dokter.
Dalam
lingkungan masyarakat yang bernorma, hubungan seksual sebelum atau di luar
nikah tidak dapat dibenarkan. Khususnya dalam norma agama, sosial maupun moral
dan dianggap sebagai bentuk penyimpangan perilaku dalam kehidupan masyarakat.
Hubungan seksual akan dianggap sah dan dibenarkan apabila seseorang sudah resmi
menikah. Jenis hubungan seksual yang menyimpang diantaranya seperti pelacuran,
kumpul kebo, dan pemerkosaan.
Perilaku
menyimpang lainnya yaitu alkoholisme. Alkohol dapat disebut sebagai racun
protoplasmik yang mempunyai efek depresen dalam sistem syaraf, sehingga orang
yang mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan akan kehilangan kemampuan
untuk mengendalikan diri, baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Hal
inilah yang menyebabkan seorang pemabuk sering melakukan keonaran atau
keributan bahkan perkelahian hingga pembunuuhan karena tidak dapat berpikir
secara normal akibat pengaruh alkohol. Oleh karena itu, pemabuk atau alkoholis
(pecandu alkohol) maupun pengedar minuman keras dianggap melanggar norma-norma
sosial dalam masyarakat.
Contoh
lain tindakan yang menyimpang yaitu tindakan kriminal. Tindakan kriminal
merupakan suatu bentuk penyimpangan terhadap nilai dan norma atau pelanggaran
terhadap aturan dan perundang-undangan yang berlaku dimasyarakat. Kejahatan ini
ada yang dilakukan terhadap manusia seperti pembunuhan dan penodongan. Perilaku
kejahatan yang dilakukan terhadap negara dapat dilakukan secara individu maupun
kelompok, misalnya pembunuhan terhadap kepala negara, melakukan kudeta, dan
mengadakan kekacauan.
Hal-hal
yang berkenaan tentang perilaku menyimpang dapat diatasi melalui pengendalian
sosial. Diantaranya yaitu mengembangkan moral remaja. Istilah moral berasal
dari kata “mos” atau (moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai
atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima
dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai
moral diantaranya yang pertama yaitu seruan untuk berbuat baik kepada orang
lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan, dan memelihara
hak orang lain. Yang kedua larangan mencuri, berzinah, membunuh, meminum
minuman keras, dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah
laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh
kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah
mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian mau
membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus dibimbing,
diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang diawali waktu anak-anak.
Remaja
diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke
dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.
Tidak
kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang
sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru. Mitchell telah
meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja.
Lima
perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja diantaranya yaitu
pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang
konkret. Yang kedua keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan
kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang
dominan. Yang ketiga yaitu penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia
mendorong remaja lebih berani menganalisis kode sosial dan kode pribadi dari
pada masa anak-anak dan beranimengambil keputusan terhadap berbagai masalah
moral yang dihadapinya. Yang keempat yaitu penilaian moral menjadi kurang
egosentris. Dan yang terakhir yaitu penilaian moral secara psikologis menjadi
lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan
menimbulkan ketegangan psikologis.
Pada
masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget
disebut bahan pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Sekarang remaja
mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan
mempertanggung jawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Jadi ia
dapat memandang masalahnya dari berbagai sisi. Dan menyelesaikannya dengan
mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan.
Menurut
Kohlberg, tahap perkembangan moral ketiga, moralitas pasca konvensional harus
dicapai selama masa remaja. Tahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah
prinsip dan terdiri dari dua tahap. Dalam tahap pertama individu yakin bahwa
harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya
perbaikan dan perubahan standar apabila hal ini menguntungkan anggota-anggota
kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap kedua, individu menyesuaikan dengan
standar sosial dan ideal yang diinternalisasi lebih untuk menghindari hukuman
terhadap diri sendiri dari pada sensor sosial. Dalam tahap ini, mayoritas
didasarkan pada rasa hormat kepada orang lain dan bukan pada keinginan yang
bersifat pribadi.
Ada
tiga tugas pokok remaja dalam mencapai mayoritas remaja yaitu menggantikonsep
moral khusus menjadi konsep moral umum. Yang kedua merumuskan moral yang baru
dikembangkan kedalam kode moral sebagai kode perilaku. Yang ketiga yaitu
melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.
Perkembangan
moral adalah salah satu topik tertua yang menarik minat mereka yang ingi tahu
mengenai sifat dasar manusia. Kini kebanyakan orang memiliki pendapat yang kuat
mengenai tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima,
tingkah laku etis dan tidak etis, dan cara yang harus dilakukan untuk
mengajarkan tingkah laku yang dapat diterima dan etis pada remaja.
Perkembangan
moral (moral development) berhubungan dengan peraturan dan nilai-nilai mengenai
apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain.
Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya
terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui
pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara, dan
teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang
boleh dikerjakan, dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh
dikerjakan.
Teori
psikoanalisis tentang perkembangan moral menggambarkan perkembangan moral, teori
psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian manusia menjadi tiga yaitu
ide, ego, dan superego. Ide adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek
biologis yang irasional dan tidak disadari. Ego adalah struktur kepribadian
yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu subsistem ego yang rasional dan
disadari, namun tidak memiliki moralitas. Superego adalah struktur kepribadian
yang terdiri atas aspek sosial yang berisikan system nilai dan moral yang
benar-benar memperhitungkan “benar” atau “salahnya” sesuatu.
Hal
penting lain dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah orientasinya untuk mengungkapkan moral yang
hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap
perkembangan moral seseorang,akan semakin terlihat moralitas yang lebih mantap
dan bertanggung jawab dari perbuatan-perbuatannya.
SUMBER
1.
Baktiraharjo.wordpress.com
2.
Cahyadi, Ani, 2006, Psikologi
Perkembangan, Ciputat : Press Group.
3.
Desmita, 2007, Psikologi
Perkembangan, Bandung : Rosda Karya
4.
Hamalik Umar, 1995. Psikologi
Perkembangan, Bandung: Pustaka Setia
dekkkk template dii ganti ben apekkk,trusss di nei read more ben rapi tulisannnnn
BalasHapus