BELAJAR DARI
QARYAH THAYYIBAH
Nah sekarang Nia punya informasi yang pastinya layak
untuk dibaca teman-teman yang baik hatinya. Pernah dengar Qaryah Thayyibah? Pastinya bahasa Arab. Tapi
apakah itu? Qaryah Thayyibah selain merupakan bahasa Arab adalah pendidikan
berbasis komunitas yang sudah mendunia. Nah tambah bingungkan? Simak baik-baik!
Pertama kali dengar kata Qaryah Thayyibah itu dari
salah satu rekan Nia. Katanya “sekolah” itu bisa jadi contoh teladan untuk
siswa-siswa khususnya di Indonesia. Menurut teman-teman, siswa siswi di
Indonesia itu gambarannya seperti apa?
Setiap orang pasti memiliki oritentasi yang
berbeda-beda. Seperti kita kaum pelajar yang memiliki cita-cita, keinginan, dan
harapan yang beragam pula. Banyak orientasi yang tidak sejalan dengan yang
seharusnya. Beberapa beranggapan, sekolah hanya sebagai formalitas, terpaksa
karena kemauan orang tua. Parahnya ada juga yang mengorientasikan sekolah
sebagai ajang pamer.
Kita mampu memperbaiki hal tersebut dengan adanya
usaha dan kemauan mulai dari diri kita sendiri untuk kepentingan bersama. Salah
satunya dengan belajar dari Qaryah Thayyibah. Qaryah Thayyibah merupakan bentuk
pendidikan yang berbasis komunitas. Komunitas ini hampir sama dengan lembaga
sekolah dan terdapat di Desa Kalibening, Salatiga, Jawa Tengah.
Pada awalnya sekolah alternatif ini diprakarsai oleh
bapak Bahrudin dengan siswa sekitar 12 orang setara SMP. Sekolah ini menampung
anak-anak desa Kalibening yang berketerbatasan biaya tapi mempunyai kemauan
keras untuk belajar. Tanpa ada gedung sekolah, apalagi seragam. Orang tua dari
murid Qaryah Tahyyibah memberikan uang pondokan yang digunakan untuk balas jasa
atas rumah seorang warga yang dijadikan untuk tempat belajar.
Sekolah alternatif ini telah menarik perhatian dari
dalam negeri bahkan internasional. Mereka mandiri dalam belajar. Mereka bebas
memilih hal apa yang mau mereka pelajari. Disana mereka terbiasa mempunyai
prinsip kebebasan yang dapat dipercaya. Mereka sadar akan pentingnya pendidikan
yang nantinya digunakan untuk membangun dan mengembangkan desa mereka. Tujuan
mereka adalah membangun desa kelahirannya. Mereka bersekolah bukan semata untuk
mencari nilai, lulus dengan nilai tinggi. Apa gunanya mempunyai nilai bagus
jika kenyataannya tidak bias mengaplikasikannya di lingkungan masyarakat. Itu
prinsip yang perlu ditanamkan untuk pelajar di Indonesia. Jika mampu mendapat
nilai bagus maka harus ada pertanggung jawaban atas apa yang mereka pelajari.
Bukan hanya sekedar formalitas dengan menghalalkan segala cara untuk mendapat
nilai sempurna dengan menghilangkan suatu
nilai kejujuran.
Banyak prestasi di dalam sekolah alternatif yang
berprinsipkan kebebasan yang dapat dipercaya ini. Mereka mampu menerbitkan
puluhan buku yang diantaranya termasuk penerbit terkemuka. Tidak hanya buku,
mereka mapu memproduksi beberapa film yang diputar dan dilihat bersama-sama
setiap periodenya. Mereka telah terbiasa berbicara di depan umum salah satunya
Hilmy siswa berumur 15 tahun di depan 90 kepala sekolah berprestasi di Indonesia
karena mampu menghasilkan karya-karya yang mengagumkan.
Bukan dengan nilai bagus seseorang dapat menjalin
kesuksesannya. Tetapi dengan niat, usaha keras, dan tanggung jawablah yang
patut diperjuangkan untuk menuai kesuksesan.
Terimakasih telah membaca sedikit gambaran mengenai
Qaryah Thayyibah yang dapat kita jadikan sebagai pembanding dan pembelajaran
bagi kita pelajar pada umumnya. Semoga kita berkesempatan untuk bisa melihat
seperti apa Qaryah Thayyibah secara langsung.
0 comments :
Posting Komentar