Senin, 03 September 2012

ARTIKEL SOSIOLOGI Perkembangan Moral untuk mengatasi Perilaku Menyimpang




ARTIKEL SOSIOLOGI
Perkembangan Moral untuk mengatasi Perilaku Menyimpang




Nama          : Nia Widyastuti
Kelas : XE
No. Abs      : 19


SMA 1 WONOSARI
Tahun Ajaran 2011/2012

KATA PENGANTAR

                Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karuniaNya khususnya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan tugas sekolah pembuatanartikel sosiologi mengenai “Perkembangan Moral untuk mengatasi Perilaku Menyimpang”.
            Artikel ini disusun sebagai pemenuhan tugas sekolah dan salah satu penunjang siswa mengembangkan kemampuan belajar khususnya sosiologi. Artikel ini disajikan sebaik mungkin, menggunakan bahasa yang mudah dipahami agar pembaca dapat memahami dengan baik apa isi artikel tersebut.
            Saya berharap semoga artikel ini sesuai dengan apa yang diharapkan, dan bermanfaat bagi banyak orang. Tak ada gading yang tak retak. Tak ada sesuatupun di dunia ini yang sempurna. Demikian pula dengan artikel yang saya buat ini. Dengan segala keterbatasan yang ada semoga buku ini dapat bermanfaat. Dan dengan keterbatasan itu, kami selalu mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang.

                                                                                                            Salam Penulis








Perkembangan Moral untuk mengatasi Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang merupakan suatu perilaku yang diekspresikan oleh seseorang atau beberapa orang anggota masyarakat yang disadari atau tidak telah menyimpang dari norma-norma yang berlaku yang telah diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat.
Dalam sosiologi segala tindakan yang melanggar norma atau nilai dalam masyarakat sebagi perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang timbul dari sosialisasi yang tidak sempurna. Perilaku tersebut sangat merugikan dan menggangu keteraturan sosial yang ada dalam masyarakat.
Perilaku menyimpang banyak dialami oleh remaja. Karena disitulah sesesorang akan mengalami masa pencarian jati dirinya. Banyak remaja yang menganut sistem coba-coba, dan ketika ia belum mengetahui apa yang sebenarnya ia lakukan, terkadang walaupun dia tidak menyadarinya ia telah melakukan perilaku yang menyimpang.
Hal yang sangat aneh. Pola hidup masyarakat begitu pesat berkembang. Tetapi disisi lain banyak juga di beberapa daerah yang memiliki remaja tanpa memiliki ilmu pengetahuan cenderung mayoritas beramoral. Sedangkan masyarakat yang mengacuhkan betapa bahayanya perilaku yang menyimpang juga kurang tegas menyikapi remaja-remaja yang menyimpang di daerahya.
Beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa perilaku anak muncul dari bagaimana pola atau cara orang tua mendidik anaknya sejak dini. Semua anak terlahir dalam tingkah laku yang sama. Ketika orang tua mendidik anaknya seperti dengan melakukan kekerasan, bicara dengan nada membentak, maka si anak menirukan hal yang demikian hingga seperti apa yang anak dapatkan dari orang tua.
Contoh lain. Orang tua memberikan fasilitas kepada anak seperti HP. HP sangat berpengaruh terhadap pola pikir anak. HP diberikan guna untuk memenuhi kebutuhan si anak untuk berkomunikasi dengan orang tuanya. Dengan apa yang telah di ajarkan dulu, si anak akan meminta fasilitas yang semewah-mewahnya kepada orang tua. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, si anak akan mengamuk, marah dan sebagainya. Dalam situasi ini, orang tua akan berpikir apakah ini dampak pola asuhnya dulu mulai si anak baru lahir. Hal itu tidak dapat disalahkan karena ada benarnya. Apabila si anak diajarkan bagaimana berbicara, bagaimana ia menghormati orang tuanya, tidak mungkin ia akan berani menentang kedua orang tuanya.
Anak sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Hp dengan fasilitas yang cukup lengkap. Kembali bagaimana pola pikir si anak. Apakah ia bisa dan mampu memanfaatkan fasilitas orang tua yang diberikan kepadanya, ataukah HP yang ia miliki hanya digunakan sebagai sebuah barang penting untuk berhura-hura. Anak yang belum dapat memilah mana perilaku menyimpang dan bukan akan mudah terjerumus terhadap perilaku yang menyimpang. Dalam sebuah handphone yang mempunyai fasilitas cukup lengkap dapat dengan mudah mengakses internet. Orang tua yang kurang tanggap dengan perkembangan anaknya tidak akan mengetahui apa yang anak lakukan dengan handphonenya. Yang orang tua tau si anak menggunakannya untuk berkomunikasi.
Sudah disinggung di awal tadi bahwa handphone yang digunakan oleh seseorang akan berpengaruh terhadap pola pikirnya. Beberapa anak akan mengakses internet yang menyediakan informasi tanpa batas. Tanpa batas berarti si anak akan melihat dan membuka beberapa hal yang sebenarnya belum boleh diketahui oleh anak-anak. Dari situlah mulai tumbuhnya perilaku yang menyimpang.
Anak-anak mulai mengetahui beberapa hal yang belum sewajarnya ia ketahui. Masalah kenakalan anak sering menimbulkan kecemasan sosial karena dapat menimbulkan kemungkinan kerenggangan generasi sebab anak yang diharapkan sebagai kader penerus bangsa tergelincir ke arah perilaku yang negatif.
Perbuatan-perbuatan kenakalan anak itu dapat berupa pengrusakan tempat atau pengrusakan fasilitas umum, penggunaan obat-obat terlarang, pencurian, perkelahian atau tawuran dan sebagainya.
Penyimpangan seksual merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang dan melanggar norma-norma yang menjadi panutan dalam kehidupan masyarakat. Penyimpangan seksual meliputi homoseksual, lesbianisme, dan transeksual.
Perilaku menyimpang yang lainnya yaitu penyalah gunaan narkotika. Penyalah gunaan narkotika dapat disebut perilaku menyimpang karena melanggar norma hukum yang berlaku di masyarakat. Penggunaan obat-obatan jenis narkotik telah diatur dalam seperangkat peraturan yang bersifat formal. Oleh sebab itu, penggunaan narkotik hanya dianggap sah apabila digunakan untuk kepentingan medis (pengobatan) di bawah pengawasan ketat pihak berwenang seperti dokter.
Dalam lingkungan masyarakat yang bernorma, hubungan seksual sebelum atau di luar nikah tidak dapat dibenarkan. Khususnya dalam norma agama, sosial maupun moral dan dianggap sebagai bentuk penyimpangan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Hubungan seksual akan dianggap sah dan dibenarkan apabila seseorang sudah resmi menikah. Jenis hubungan seksual yang menyimpang diantaranya seperti pelacuran, kumpul kebo, dan pemerkosaan.
Perilaku menyimpang lainnya yaitu alkoholisme. Alkohol dapat disebut sebagai racun protoplasmik yang mempunyai efek depresen dalam sistem syaraf, sehingga orang yang mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan akan kehilangan kemampuan untuk mengendalikan diri, baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Hal inilah yang menyebabkan seorang pemabuk sering melakukan keonaran atau keributan bahkan perkelahian hingga pembunuuhan karena tidak dapat berpikir secara normal akibat pengaruh alkohol. Oleh karena itu, pemabuk atau alkoholis (pecandu alkohol) maupun pengedar minuman keras dianggap melanggar norma-norma sosial dalam masyarakat.
Contoh lain tindakan yang menyimpang yaitu tindakan kriminal. Tindakan kriminal merupakan suatu bentuk penyimpangan terhadap nilai dan norma atau pelanggaran terhadap aturan dan perundang-undangan yang berlaku dimasyarakat. Kejahatan ini ada yang dilakukan terhadap manusia seperti pembunuhan dan penodongan. Perilaku kejahatan yang dilakukan terhadap negara dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, misalnya pembunuhan terhadap kepala negara, melakukan kudeta, dan mengadakan kekacauan.
Hal-hal yang berkenaan tentang perilaku menyimpang dapat diatasi melalui pengendalian sosial. Diantaranya yaitu mengembangkan moral remaja. Istilah moral berasal dari kata “mos” atau (moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral diantaranya yang pertama yaitu seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan, dan memelihara hak orang lain. Yang kedua larangan mencuri, berzinah, membunuh, meminum minuman keras, dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang diawali waktu anak-anak.
Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.
Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru. Mitchell telah meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja.
Lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja diantaranya yaitu pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret. Yang kedua keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan. Yang ketiga yaitu penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode sosial dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan beranimengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya. Yang keempat yaitu penilaian moral menjadi kurang egosentris. Dan yang terakhir yaitu penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget disebut bahan pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Sekarang remaja mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggung jawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Jadi ia dapat memandang masalahnya dari berbagai sisi. Dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan.
Menurut Kohlberg, tahap perkembangan moral ketiga, moralitas pasca konvensional harus dicapai selama masa remaja. Tahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap. Dalam tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar apabila hal ini menguntungkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap kedua, individu menyesuaikan dengan standar sosial dan ideal yang diinternalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri dari pada sensor sosial. Dalam tahap ini, mayoritas didasarkan pada rasa hormat kepada orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai mayoritas remaja yaitu menggantikonsep moral khusus menjadi konsep moral umum. Yang kedua merumuskan moral yang baru dikembangkan kedalam kode moral sebagai kode perilaku. Yang ketiga yaitu melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.
Perkembangan moral adalah salah satu topik tertua yang menarik minat mereka yang ingi tahu mengenai sifat dasar manusia. Kini kebanyakan orang memiliki pendapat yang kuat mengenai tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, tingkah laku etis dan tidak etis, dan cara yang harus dilakukan untuk mengajarkan tingkah laku yang dapat diterima dan etis pada remaja.
Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara, dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan, dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.
Teori psikoanalisis tentang perkembangan moral menggambarkan perkembangan moral, teori psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian manusia menjadi tiga yaitu ide, ego, dan superego. Ide adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak disadari. Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas. Superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek sosial yang berisikan system nilai dan moral yang benar-benar memperhitungkan “benar” atau “salahnya” sesuatu.
Hal penting lain dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah  orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam  arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral seseorang,akan semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawab dari perbuatan-perbuatannya.   




SUMBER

1.      Baktiraharjo.wordpress.com
2.      Cahyadi, Ani, 2006, Psikologi Perkembangan, Ciputat : Press Group.
3.      Desmita, 2007, Psikologi Perkembangan, Bandung : Rosda Karya
4.      Hamalik Umar, 1995. Psikologi Perkembangan, Bandung: Pustaka Setia

1 komentar :

  1. dekkkk template dii ganti ben apekkk,trusss di nei read more ben rapi tulisannnnn

    BalasHapus